Kupikir kau akan tetap membiarkan delapan jam itu tetap menjadi milikku. Setelah kau ambil enam belas jam yang lain untukmu. Enam belas jam setiap hari kuhabiskan denganmu, dan apabila aku sedang tidak bersamamu, kuhabiskan untuk melamunkanmu.
Kupikir aku tetap akan memiliki delapan jam yang tersisa untukku, delapan jam yang benar benar milikku, tanpa kehadiranmu.
Tidak, kau tidak sedang menggangguku, aku tidak merasa marah padamu. Hanya karena kau mencuri delapan jam milikku.
Hidupku berjalan seperti biasa, dua puluh empat jam dalam sehari. Tapi tidak sedetik pun tersisa untukku.
Aku ingin selalu bersamamu, dan apabila aku sedang tidak bersamamu, aku pasti memikirkanmu, dan apabila aku sedang tidak memikirkanmu, aku pastilah tertidur, dan dalam tiap tiap detik lelapku, dan tiap tiap detik delapan jamku aku memimpikanmu.
Kau perampas delapan jam lelapku.
Aku tak habis pikir bagaimana bisa aku begitu mencintaimu.

Disadur dari novel Bidik! karya Nugroho Nurarifin



Sembilan belas sembilan dua
Terciptanya keamanan hakiki
Ungsikan jasmani serta rohani
Dalam untaian syair perisai diri

Sembilan belas sembilan dua
matahari masih suci
Belum ternoda piciknya hati

Sembilan belas sembilan dua
Bahkan bulan jadi saksi
Indahnya kebahagiaan abadi
Yang mungkin takkan ada nanti

Sembilan belas sembilan dua
Tahun yang penuh dengan kesederhanaan
Kebahagiaan
Kemakmuran
Kemenangan

Delapan belas tahun kini
Semua hilang,mati
Seperti kayu dilalap api
Yang tinggalkan abu sebagai pengganti



halo teman-teman :D
wah,sekarang kayanya saya bakal masukin tulisan-tulisan saya langsung ke blog nih. kan biasanya ke note di fb dulu. tp kayanya udah susah deh sekarang.
soalnya,gara-gara satu tulisan saya yg agak "nyeleneh",jd ribut aja semua hahaha. dan untuk itu,saya dapet balasannya. yaitu kritik yang sangat membangun yang bunyinya "semua orang yang baca jg pasti jijik" wahahahaha :D
btw,terima kasih buat semua kritikannya. justru itu bikin gw pengen buat tulisan aneh-aneh lagi hahaha.
oke deh udah dulu. terima kasih dan wassalam.


Dua puluh sepuluh
Kunjungi halaman,menyapa bulan seperti biasanya

Dua puluh dua belas
Berharap melihat cahaya bulan tapi ternyata hanya setengah saja

Dua puluh delapan belas
Mulai kehilangan harapan dan melahirkan kemunafikan

Dua puluh dua satu
Kembali untuk merenung makna yang diada-ada

Dua satu kosong satu
Kongklusi masih setengah,masih seperti bulan

Dua satu dua empat
Keluar bukan untuk menyapa,hanya formalitas berujung sensivitas

Dua satu tiga empat
Tepat sepuluh,tapi tetap belum penuh

Dua satu lima lima
Jenuh ! Munculkan ke-pesimis-an

Dua dua kosong kosong
Bulan tegas tak mau,aku hanya manggut

Dua dua kosong enam
Menunggu penuh dengan bertaruh

Dua dua dua dua
Belum ! Tak akan?

Dua dua dua enam
Kembali hampa walau tetap ada bulan

Dua tiga tiga belas
Kongklusi bulat. Andai bulan bukan cinta


Note : Bagaimana pun bulan,dia tetap bulan. Tak berubah,tak berpindah. Hanya berputar pada satu porosnya.
Begitu jg cinta. Bagaimanapun kondisi hati,sedang cinta penuh atau sedang jenuh,dia hanya berputar di porosnya,dan tidak pindah ke hati yg lain.