Berawal dari perbincangan tanpa alur pasti,dibawah tenda warung seafood pinggir jalan dengan iringan deru knalpot pada nada D dan hembusan asap yg tak terasa,mengalir pernyataan yg membuatku -Anonim- merasa terganggu.

"Gua lagi suka nih sama cewe. Gua tertarik sama dia,dan gua emang butuh sosok dia sekarang. Tapi pacar gua disana gimana ya? Gua sih ga kenapa-kenapa. Tapi gimana ya? Masa gua putusin? Ah nunggu diputusin aja deh"

Dengan nada "Gua" nya,dia bertanya sekaligus menegaskan status dan pola pikirnya. Tak lama berselang,timbul pertanyaan di dalam diri yg sebenarnya sudah tahu jawabannya.

Apa itu pacar?

Ya,apa itu pacar? Dan sejurus kemudian,aku dibrendel jawaban-jawaban naif yang dibekingi logika cinta (katanya). Pacar itu pasangan kita (katanya). Pacar itu kekasih kita (katanya). Pacar itu belahan jiwa kita,orang yang paling kita cintai,kita sayangi,dan orang yang selalu ada di hati kita. Ya,katanya katanya,dan katanya.

Jika sedikit dikaitkan,arti pacar sebenarnya sudah ditemukan Einstein jauh-jauh hari yang lalu. Teori Relativitas menunjukkan bahwa arti dari pacar pun relatif,tergantung sudut pandang tiap manusia. Ini awam disebut subjektivitas -atau hanya pendapat penulis saja-
Sebagian orang menganggap pacar itu adalah pasangannya,pendampingnya. Jadi,dalam setiap geraknya harus selalu seperti alas kaki. Berpasangan,dan saling berdekatan. Kata mereka,yang kusebut alas kaki,jauh itu rentan akan ketidaksetian,kekosongan,dan kegalauan. Jadi,ketika berjauhan,mereka rela mengubah bentuk dan merk jualnya hanya agar mendapatkan sebuah alas kaki yang bernasib sama,atau hanya belum tahu kaki mana yg harus dialasi. Semacam bunglon. Tapi masih harus kupikirkan lagi,bagaimana rupa alas kaki yang seperti bunglon. Kalau tidak jijik,ya menjijikkan. Uh !

Ada juga sebagian orang yang beranggapan -bisa disebut berharap- pacar adalah kekasih hatinya,orang yang selalu ada di hatinya. Mereka tak gentar dengan jarak dan godaan cinta lainnya. Mereka bilang,ini lah kekuatan cinta yg sesungguhnya. Kilometer yg menggarisi hubungan mereka dihapus oleh "kekuatan cinta" yg terbukti dengan umur cinta mereka yang memakai satuan tahun. Tapi,satu pertanyaanku menghancurkan semua omong kosong ini. "Punya berapa mantan?" DANK !
Ada yang menjawab dua,satu,bahkan lima. Kusimpulkan,mereka lupa memasukkan faktor waktu dalam hitungan cinta mereka. Kurasa,yang mereka maksud dengan "kekasih yang selalu ada di hatinya" berlaku mulai tanggal tertentu sampai tanggal tertentu lainnya. Bukan untuk selamanya. Jadi,mungkin kah yang mereka sebut "mantan" itu pernah mereka akui sebagai "orang yang selalu ada di hatinya"? Setahuku,selalu itu berarti selamanya. Atau setidaknya sampai kita mati (bagi manusia). Jadi,ada berapa org yg selalu ada di hati mereka? Apa itu cinta sejati? Apa itu kekasih hati? Apa itu pacar? Memang terkesan kasar,tapi bagiku mantan pacar itu adalah pacar dimasa lampau dan pacar saat ini adalah mantan pacar di masa depan. Masalah waktu saja kan?

Bagi sebagian kecil,pacar mungkin hanya sekedar selingan,sekedar gaya-gayaan,sekedar bahan taruhan,atau bahkan sekedar ketidaksengajaan,keterpaksaan dan rasa kasihan. Tapi bagiku -anonim- pacar adalah sebuah kata yang diciptakan untuk dipelajari maknanya lebih dalam lagi. Itulah pendapatku yang sinis. Mereka tidak bisa protes.

Oh iya,satu yg menarik. Ada yang menyatakan pacar adalah orang yang akan dinikahinya (hebat sekali). Hanya ada 2 kemungkinan sebenarnya. Dia seorang peramal yang sok tahu atau dia seorang yang serius. Aku tidak akan membahas tentang peramal. Magis bukan keahlianku. Jadi,akan kubahas pernyataanku yang kedua.

Seseorang yang serius akan benar-benar menganggap pacarnya sebagai masa depannya. Bukan apa-apa,mayoritas dari mereka memiliki visi yang jauh ke depan. Bahkan terlalu jauh hingga realita menjadi ilusi semata. Tidak sedikit dari mereka yang kehilangan visinya -bahkan kepercayaan terhadap cinta- tepat setelah berdiri diatas kata putus. Hilang sudah angan menikah dengan orang yg tadinya berstatus teman.

Tapi,apa mereka tahu definisi istri/suami itu apa? Apa ciri-ciri nya dan bagaimana bentuknya?
"Istri ya wanita yang kita nikahi karena kita mencintainya. Bahkan sehidup semati" itu ucap seorang pria yg duduk di meja sebelahku. Dasarnya pengecut,aku hanya mengangguk dan tersenyum,tapi memperdebatkan ini dengan akal dan perasaanku.

Apa benar seorang suami menikahi sang istri karena itulah wanita yang paling dicintainya sehidup semati? Tunggu dulu,untuk ini aku perlu pemikiran yg lebih jauh. Jika itu benar,lalu bagaimana dengan poligami,perselingkuhan,dan perceraian? Yakinkah kalian bahwa orang tua kalian menikah karena sama-sama mencintai? Yakin tidak ada orang yg dicintai orang tua kalian selain suami/istrinya? Yakinkah kalian akan ini semua?

Perlu kalian ketahui,ada pasangan suami istri yang menikah hanya karena taat kepada perintah Tuhannya. Ada juga yang terpaksa karena sudah tradisi keluarga. Bahkan ada yang berkorban demi nyawa sang pasangan,layaknya skenario film pendek di tv nasional siang tadi.

Kupikir,istri lebih kepada status yg diberikan kepada seorang wanita yg secara hukum (apapun) telah berkomitmen untuk menjalani hidup bersama seorang pria. Begitu juga suami. Ya,mirip seperti pasangan hidup,dan mungkin berdagang. Ketika kedua pihak merasa diuntungkan,maka pernikahan mungkin saja terjadi. Cinta lebih sekedar bumbu pernikahan saja. Jadi,sampai saat ini,belum ada yg mampu memastikan apakah sang istri adalah orang yg paling dicintai sang suami atau bukan. Begitu juga sebaliknya. Dan kurasa,takkan ada yang mau membuat alat yang bisa menyelesaikan masalah tadi. Karena mungkin,"perang" jadi tinggal menunggu siapa yang pertama berteriak "serang"
Masalah perasaan memang susah ditebak. Yang tahu paling hanya si pemilik dan Tuhannya. Tidak pasangan,tidak juga musuhnya. Ya,cinta termasuk perasaan. "Aku cinta kamu" tidaklah sama dengan "1+1 = 2". Kenapa? Karena tidak ada yang bisa membuktikan keabsahan pernyataan "aku cinta kamu",bahkan oleh pernikahan. Ujung-ujungnya cinta hanya masalah kepercayaan,walau memang bukan seperti agama.

"Lalu batasan cinta apa?" Tanya bapak-bapak di meja sebelah lagi. Aku cuma menggeleng tanda tak tahu. Atau bingung,mungkin. Karena kupikir,cinta itu tanpa batasan. Aku,bisa saja mencintai kamu dengan sepenuh hatiku. Tapi,aku juga bisa mencintai dirinya dengan sepenuh hatiku (pula). Jadi apa batasannya? Apa ada peraturan dalam mencinta? Apa ada larangan mencintai seseorang? Setahuku tidak ada. Karena bahkan Tuhan sekalipun tidak melarangnya. Jadi akan naif sekali jika kita -makhluk ciptaan Tuhan- merasa suci dengan melarang orang (termasuk penulis) mencintai orang lain dan hanya memperbolehkan satu cinta saja.

"Tapi,bukankah selingkuh itu perbuatan buruk? Apalagi bagi yang sudah menikah" Lagi-lagi bapak itu memotong pikiranku.

Oke,aku mulai kesal dan (kembali) hanya tersenyum. Mari kita perjelas,apa makna selingkuh ini. Kalau tentang seks,itu jelas sudah kelewat batas,kecuali bagi anda yg merasa binatang. Tapi,itupun masih bersifat subjektif. Pasti masih ada yang beranggapan seks itu bebas dilakukan. Jadi,mari mulai sekarang kita bedakan seks dan cinta. Apa yg salah dengan "membagi" cinta. Akui sajalah,tak mungkin kalian hanya punya satu cinta seumur hidup kalian. Iya kan? Karena itulah,aku -anonim- yakin cinta tak mungkin hanya satu.

Hah,sepertinya ini sudah semakin jelas saja. Mulai dari pacar,istri,sampai cinta.

"Aku belum !" Teriak wanita manis di belakang mejaku. Ternyata daritadi dia menyimak (atau mungkin membaca) pikiranku. "Aku belum. Aku belum punya semua itu. Pacar,suami,apalagi cinta".

"Lantas?" Itu kata yang ingin kukatakan. Tapi,tetiba kubatalkan inginku saat melihat tatapannya. Tatapannya tajam,dan menembus dalam korneaku. "Wanita ini serius" Ucap pikirku.

"Anda apa? Maaf,maksud saya siapa?"

"Saya wanita yang masih sendiri. Daritadi saya rasa,saya tidak pernah disinggung"

"Oh maafkan pikiran saya ini,nona. Tapi saya pikir,saya tidak perlu membahas nona lebih jauh"

"Lalu bagaimana pendapat anda tentang perasaan saya yang tidak percaya akan cinta?"

"Oh itu,bagi saya itu tidak masalah. Cinta tidak perlu anda percayai,dan cinta pun tidak perlu kepercayaan anda. Tapi yakinlah nona,jodoh itu sesuatu yang nyata. Bahkan mungkin,nona sedang berbicara dengan jodoh nona nantinya"

Setelah itu aku -dan pikiranku- pergi dan meninggalkan pandanganku kepada orang-orang itu.



Nb: Penulis adalah seorang anonim yang berharap suatu hari nanti akan mendapatkan seorang istri.