Saat itu,19 juli 2010,derasnya hujan menyadarkan aku akan satu hal. Tuhan tak akan menciptakan satu peristiwa tanpa makna di dalamnya. Walau kebanyakan orang tidak suka akan datangnya hujan,terutama hujan deras,aku lbh suka untuk memikirkan apa makna hujan ini.

10 km telah kutempuh,tp blm juga kutemukan apa makna hujan itu. Yg ada hanya air mata kesedihan yg jatuh bersama derasnya hujan. Percuma. Kurasa aku tak akan menemukannya. Sulit memang,dalam keadaan seperti ini aku tak bisa berpikir jernih. Ingin sekali aku bawa cepat motorku lalu " BRAKK !! " tabrakan dahsyat yg membuatku terkapar. Sesaat pikiranku dikuasai setan. Kubawa motorku dengan kecepatan tinggi. " WUSS !! " Hampir truk td menabrakku. Tp hanya hampir. Ku cari lg kesempatan bodoh itu. Tak lama," TEEEENN !! Goblok sia ! ". Klakson mobil yg diiringi "klakson" sang sopir bus menyerangku. Untung saja hanya kaca spion ku yg pecah. Tp aku malah tak senang. Keinginan untuk terkapar di rmh sakit sangat menghantuiku. Aku berjanji,kesempatan berikutnya aku tak boleh gagal.

Tepat 5 menit sesudah itu,kulihat samar seorang pria tak berjas hujan bersama seorang wanita berjas hujan yg diboncengnya. Kuikuti terus. Aneh pikirku. Bukankah seharusnya si pria yg notabene merasakan derasnya hujan yg memakai jas hujan? Apa dia rela menerima derasnya hujan demi sang wanita yg sebenarnya sudah terlindungi tubuh sang pria? Pengorbanan atas dasar rasa sayangkah? Bukankah akupun begitu? Benar kan?

Sudahlah.

Kuambil jalan memutar agar ku tak perlu lg melihat mereka. Jauh ku menyusuri kota,hujan tak jua mereda. Sesekali petir menyambar. Tak lama,mungkin hanya dua atau tiga menit. Tp ini membuatku berpikir. Kurasa,hujan amatlah adil. Mereka selalu menyisakan waktu bagi petir. Padahal tetes air hujan bersama kumpulannya sedang berlomba untuk turun ke bumi. Tp selalu ada waktu bagi petir. Apakah ini karena rasa sayang pula? Kalaupun iya,mengapa dia tak bisa seperti air hujan itu? Tak perlu lama-lama,hanya 2 atau 3 menit saja. Takbisa kah?

Sudahlah.

Kubawa cepat motorku agar ku segera melupakan apa yg kupikir td. 60,70,80 km/jam kulampaui. Tak sampai 100 km/jam,ku hentak kuat tuas rem hingga motorku berhenti sempurna. Kurasa ada yg aneh. Bukan motorku,tp air hujan ini yg aneh. Mereka tak lg membasahiku. Hanya tinggal rintiknya saja yg tersisa. Perlahan hujan yg tadinya deras mereda. "Bisa jg ternyata hujan deras ini mereda",pikirku. Tak sampai hilang memang,tp sudah tdk membasahi. Tapi,cinta dia padaku tak seperti itu kan? Tak akan pernah "mereda" kan?

Sudahlah. Kuakhiri saja perjalanan ku ini.

Terima kasih banyak hujan.

Categories:

Leave a Reply